Lulusan Master “Nuclear Physics” Kerja Jadi Ojek Online. Salah Pemerintah?

Perusahaan Nuklir
image via plenglish.com

Kita itu beruntung bisa hidup di era media sosial dan internet seperti sekarang ini. Karena segala informasi itu bisa kita dapatkan dari cepat, mulai dari informasi dari kalangan bawah hingga atas, informasi yang fakta sampai hoax. Dan yang sedang viral sekarang ini adalah screenshot postingan di website Quora.

Jadi postingan ini itu ditulis oleh Jonathan Sadikin yang menanggapi pertanyaan berjudul “Apa saja percakapan berkesanmu dengan pengemudi ojek daring (Go-Jek/Grab)?

Jadi Jonathan ini menanggapi pertanyaan itu dengan menceritakan pengalamannya menggunakan ojek online. Seperti inilah screenshot nya.

Driver Ojol Lulusan Master

Screenshot ini ramai, viral di media sosial. Banyak tanggapan yang beragam soal ini, banyak yang menyayangkan kenapa si driver malah jadi ojol karena lulusannya bergengsi dan ada pula yang menyalahkan Pemerintah termasuk penulis tersebut.

Jadi ini ada dua kubu nih, ada yang Pro sama Jonathan (nyalahin Pemerintah) dan ada yang Kontra (suruh balik ke Jerman atau kerja di luar negeri).

Menarik kan, layak untuk dibahas. Karena menurut kami ini hal positif, terkait pendidikan dan dunia kerja.

Nah RuangPegawai sendiri juga punya opini seputar masalah ini. Begini menurut kami…

Driver Ojol ini adalah lulusan Nuclear Physics dan dia ngambil Master di Jerman. Wow, ini menurut kami sangat keren, bukan sekadar keren namanya saja tetapi potensi dapat pekerjaan yang bagus di bidang itu sangat besar.

Sayang seribu sayang, si masnya ini malah pulang ke Indonesia dengan embel-embel untuk mengabdi kepada negara. Tapi ini tetap kami apresiasi, dan justru ya seperti ini seharusnya mahasiswa-mahasiswa yang di luar negeri setelah lulus nanti.

Tapi masalahnya adalah jika ingin mengabdi kepada negara di bidang yang ditekuninya selama kuliah, apakah di Indonesia sudah ada wadah untuk menampung Anda?

Masnya itu kita anggap paham soal nuklir, yah dibidang nuklir lah. Nah kita lihat, apakah di Indonesia minimal sudah ada PLTN (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir) atau perusahaan yang bergerak di bidang nuklir?

Kalau PLTN jelas di Indonesia belum ada. Masalahnya juga banyak pro kontra, meskipun sudah ada rencana soal pembangunannya. Mungkin lebih jelasnya bisa baca-baca juga di Wikipedia (https://id.wikipedia.org/wiki/Program_Nuklir_Indonesia).

Nah kalau perusahaan yang bergerak di bidang nuklir, kami sendiri belum tahu pasti tapi yang jelas ada Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).

Masalah dunia kerja di bidang nuklir ini, kami coba tanyakan kepada rekan kami yang sempat mengeyam pendidikan jurusan Teknokimia Nuklir di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN)-BATAN. Dan kebetulan dia saat ini bekerja di Indonesia.

Menurutnya, kalau memang Driver Ojol lulusan Master – Nuclear Physics tersebut ingin bekerja di Indonesia, maksudnya bekerja sesuai dengan bidangnya, paling tidak ya jadi dosen atau jadi PNS di BATAN atau LIPI. Tapi rekan kami itu pun justru malah menyarankan untuk bekerja di luar negeri saja. Di negara yang mana sudah ada perusahaan nuklir dan nuklir sudah dimanfaatkan. Sehingga ilmunya akan benar-benar tersalurkan dan justru akan lebih bermanfaat.

Baca juga :   Sertifikasi IT Yang Bikin Anda Sukses Mantap Berprofesi di Bidang IT

Karena kalau mengharapkan ada lowongan kerja di Indonesia di bidang nuklir, ya sangat sulit sekali. Ya nuklir saja di Indonesia belum bisa diimplementasikan.

Rekan kami tersebut sekarang bekerja di perusahaan yang tidak ada hubungannya dengan nuklir. Akan tetapi memang ada salah satu metode memanfaatkan teknologi nuklir.

***

Nah kemudian masalah dimana Pemerintah kita kok tidak bisa mendukung anak-anak muda seperti masnya lulusan dari Jerman ini. Ya kita tahu sama tahu saja, teknologi nuklir di Indonesia itu gimana sih? Di Indonesia itu masalah ya memang belum ada pemanfaatan untuk nuklir, nuklir saja masih jadi pro kontra.

Dan menurut kami mengabdi untuk negara itu memang tidak harus di Indonesia. Kalau memang di Indonesia sumber daya industri atau platformnya belum ada, bekerja di luar negeri pun tak ada salahnya. Toh jika di sana bisa sukses, maka bisa membawa nama baik Indonesia. Itu juga sama saja sudah dikatakan mengabdi.

Mungkin saran kami untuk masnya Driver Ojol tersebut adalah carilah pekerjaan yang bisa memanfaatkan bidang yang sudah dipelajari saat di Jerman. Mohon maaf bukan bermaksud untuk merendahkan driver ojol, tetapi hanya menyayangkan ilmu yang sudah dipelajarinya.

Jika memang masih ada niat berada di luar negeri, bekerjalah di luar negeri saja yang sudah ada sumber dayanya di bidang itu.

***

Jadi kesimpulannya, apakah ini salah Pemerintah? Menurut kami tidak. Karena begini, apa yang diputuskan oleh Masnya ini adalah keputusan pribadinya. Dia ingin kembali ke Indonesia dengan maksud untuk mengabdi, tapi ternyata tidak ada lowongan kemudian jadi driver ojol. Semua ini adalah keputusan pribadinya. Yang perlu disalahkan adalah?

Tidak ada yang perlu disalahkan.

Selama Masnya ini enjoy bekerja sebagai driver ojol ya fine-fine saja. Kadang kita yang justru repot dengan kehidupan orang lain dan malah menyalahkan pihak lain.

***

Bonus Video dari Channel YouTube KEMENPORA RI. Salah satu anak muda dari Indonesia yang mengharumkan nama Indonesia lewat pendidikan.

Sekali lagi ini hanya opini dari RuangPegawai, jangan dipercaya 100% dan jangan langsung menyalahkan apa yang kami sampaikan. Opini itu ada untuk pembanding, bukan untuk diperdebatkan. Semoga siapapun kita dan dimanapun berada bisa memanfaatkan ilmu yang sudah kita pelajari selama sekolah dengan baik di tempat dan profesi yang tepat.

Terima kasih sudah membaca. Share artikel ini!

Originally posted 2021-04-12 13:17:24.

Similar Posts

2 Comments

  1. kompetensi nya kan belum tentu. Lulusan kuliah jurusan tertentu tidak menjamin memiliki kompetensi tersebut. Lulusan informatika juga banyak yg nganggur, padahal banyak sekali dibutuhkan. Karena lulusan tersebut tidak memiliki kompetensi yang dibutuhkan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *